Di tengah segala aktivitas perkuliahan dan pembelajaran, para dosen dan karyawan STARKI mengambil waktu sejenak untuk melepaskan diri dari kepadatan rutinitas dengan melaksanakan retret. Retret 2024 ini mengambil tema ”Dipanggil Menjadi Air Hidup dengan Menghayati serta Menghidupi Nilai-nilai Cc5 dalam Semangat Bunda Elisabeth.”  Kegiatan yang dilaksanakan di Eco-Spirit Centre Puspanita, Bogor pada 5-7 Agustus 2024.

Bagi sivitas akademika STARKI, Compassion: Celebration, Competence, Conviction, Creativity, Community (Cc5) merupakan rumusan suasana batin yang mengembangkan buadaya kepedulian, kemurahan hati untuk menghargai dan merayakan rahmat, mumpuni dalam keterampilan dan pengetahuan, keteguhan, kreativitas dan komunitas. Inspirasi yang ditemukan ditandai dengan memahami bahwa hidup itu kaya dan semakin menimbulkan rasa kagum. Berbeda juga saat  menemukan  narasi ditandai oleh rasa batin bahwa dosen dan karyawan STARKI dicintai secara khas, diperhitungkan oleh Tuhan secara personal, dan dipanggil untuk perutusan khusus. Dalam proses menemukan transformasi untuk hidup berkualitas inilah, sebuah aktivitas ditandai oleh harapan, yaitu kerelaan dan totalitas menjalani hidup serta perutusan.  Dosen dan karyawan STARKI percaya penuh kepada tangan Allah yang menyelenggarakan segalanya dan menuntun setiap langkah hidup.

Budaya Cc5 merupakan gerak batin yang khas dan sesuai untuk berjalan dalam kemudaan yang diwarnai perjuangan, kesulitan, dan kekhawatiran. Hal ini mengartikan bahwa sivitas akademika berjalan bersama orang muda seperti mengarungi ketidakpastian, perubahan, dan kemerdekaan dalam harapan bahwa iman kepada Sang Sumber Hidup akan menjadi jaminan kualitas hidup.

Dengan pembimbing rohani yaitu Romo L. Suharjanto, SJ., peserta retret mendapat inspirasi dari spiritualitas Bunda Elisabeth Gruyters mengenai kegembiraan, keberanian, dan ketangguhan itu berasal dari  Sang Sumber Air Hidup yang merupakan rahmat khusus serta keyakinan tentang pengalaman Bunda Elisabeth bahwa Tuhan Sang Sumber Hidup. Tentunya, hal ini berarti bahwa Allah selalu ada menyertai, Allah mencintai, Allah memanggil, Allah bersama para penderita. Transformasi diri para peserta salah satunya adalah dengan dengan belajar mendengarkan, perhatian, merasakan seperti cerita dari Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela oleh Tetsuko Kuroyanagi. Ini menjadi satu nilai para peserta dalam hal mendengarkan untuk visi rekonsiliasi.

Dalam periode harapan, peserta merenungkan kata-kata dari Ibu Teresa dari Calcutta yang memberikan ruang untuk ketidakpastian dan perubahan adalah dasar bagi tumbuhnya kelemahlembutan dan kerendahan hati sebagai tanda harapan:

Bagaimanapun…

Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih;

Bagaimanapun, berbaik hatilah.

Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, beberapa sahabat sejati;

Bagaimanapun, jadilah sukses.

Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu;

Bagaimanapun, jujur dan terbukalah.

Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam;

Bagaimanapun, bangunlah.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini mungkin saja sudah dilupakan orang besok pagi;

Bagaimanapun, berbuat baiklah.

Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.

(Sumber: Ibu Teresa dari Calcutta)

Semoga retret ini memampukan seluruh peserta menggapai hidup yang lebih berkualitas dari dimensi inspirasi, transformasi dan narasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *